Contoh kasus Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia Familial heterozigot
KASUS 2 :
D.E adalah seorang pria berusia 45 tahun dan tidak ada gejala jantung
koroner. Ayah dan kakeknya meninggal secara tiba-tiba karena serangan jantung
pada usia 50-an, tapi D.E tidak memiliki faktor resiko jantung koroner. Tidak
ada tanda-tanda pada dirinya yang menunjukkan dislipidemia. Pada pemeriksaan
fisik, tercatat bahwa ada adanya arcus kornea bilateral dan xanthomas tendon
bilateral, sisanya normal. Demikian juga pada hasil tes laboratoriumnya masih berada
pada batas normal, kecuali profil lipidnya yaitu :
•
total kolesterol, 440 mg/ dL
•
TG, 55mg/ dL
•
HDL-C, 55 mg/ dL
•
LDL-C, 374 mg/ dL
PERTANYAAN :
1.
Apa
saja tanda, gejala, dan pemeriksaan laboratorium yang penting utk diagnosis
pada pasien?
2.
Bagaimana
pemilihan obat Utk pasien?
3.
Apakah
ada keadaan tertentu pada pasien yang dapat mempengaruhi farmakoterapinya?
4.
Apakah
ada interaksi obat-obat, kontraindikasi, atau efek samping yang terjadi pada
pasien?
JAWABAN :
D.E didiagnosa menderita penyakit hiperkolesterolemia Familia (FH).
Kelainan ini bersifat autonomal dominan, ada yang bebentuk homozigot dan ada
yang berbentuk heterozigot. Kol-LDL meningkat akibat berkurangnya ataupun
ketidakmampuan reseptor LDL untuk berfungsi dengan baik. Pada bentuk homozigot
, kadar kolesterol total berkisar 600-1000 mg/dL tanpa dapat diobati. Jenis
ini jarang ditemukan karena penderitanya sudah mendapat serangan jantung dan
meninggal mendadak pada usia muda akibat ateroklerosis yang luas.
Pada FH heterozigot, kadar kolesterol total berkisar 350-600 mg/dL
karena aktivitas reseptor masih bekerja sebagian. Kadang terdapat benjolan
xanthoma di tendon dan lingkaran arkus senilis di mata. Penderita umumnya
mendapat infark jantung pada umur sekitar 40-50 tahun. Pada kasus ini, D.E
menderita penyakir hiperkolesterolemia familia heterozigot.
A.
Tanda dan gejala :
- Riwayat
gangguan keluarga
- riwayat keluarga serangan jantung pada usia dini
- kadar kolesterol LDL tinggi yang menolak pengobatan
di salah satu atau kedua orang tua
- kolesterol pada lutut, siku dan pantat (xanthomas)
- kadar kolesterol darah tinggi
- penumpukan
kolesterol pada kulit dan jaringan ikat seperti cutaneus xanthelasma
- nyeri dada yang disebabkan oleh arteri koroner
menyempit (angina)
- aterosklerosis pada pembuluh darah koroner yang dapat
menyebabkan kematian
B.
Pemeriksaan laboratorium :
- pemeriksaan fisik
- tes darah
- tes jantung, seperti stress test
- tes genetik
C.
Pengobatan :
1. Non-Farmakologi
a. Perubahan
pola makan – perubahan pola makan yang direkomendasikan meliputi mengurangi
asupan lemak jenuh dan makanan kaya kolesterol, dan meningkatkan asupan serat.
Memodifikasi diet biasanya baris pertama pengobatan. Setelah tiga bulan, hasil
tes akan menunjukkan apakah pengobatan yang lebih agresif diperlukan.
b. Sterol
dan stanol – zat ini secara struktural mirip dengan kolesterol, tetapi tidak
diserap oleh sel-sel. Studi menunjukkan bahwa peningkatan asupan sterol dan
stanol secara substansial dapat mengurangi kolesterol darah. Sumber termasuk
jagung, beras, minyak sayur dan kacang-kacangan.
c. Latihan
– olahraga teratur telah terbukti menurunkan kadar kolesterol darah. Setiap
program latihan harus diawasi oleh dokter Anda.
d. Berat
badan – obesitas merupakan faktor risiko. Menjaga berat badan yang sehat dengan
tinggi badan Anda dapat mengurangi risiko penyakit arteri koroner dan serangan
jantung.
e. Hindari
merokok – asap rokok mendorong kolesterol untuk ‘menempel’ pada dinding arteri.
Berhenti secara signifikan dapat mengurangi risiko serangan jantung.
f.
Obat – sangat sedikit orang dengan
hiperkolesterolemia familial akan dapat mengurangi kadar kolesterol mereka
dengan pola makan dan perubahan gaya hidup saja. Sebagian besar akan
membutuhkan obat penurun kolesterol khusus.
2. Farmakologi
a. Statin
Statin merupakan obat pilihan bagi pasien dengan
hiperkolesterolemia Familia heterozigot. Target terapi pengobatan statin
adalah menurunkan konsenterasi kolesterol LDL minimal 50% atau sesuai dengan
tingkat risiko kardiovaskulernya.
1) Kontra indikasi :
Pasien yang
mengalami gagal fungsi hati atau pernah mengalami gagal fungsi hati, Pasien yang mengalami peningkatan
jumlah serum transaminase yang abnormal, Pecandu alkohol, Bagi
wanita hamil dan menyusui, Hipersensitif
terhadap simvastatin.
2) Interaksi Obat :
a) Bila
simvastatin dikombinasikan dengan siklosporin, eritromisin, gemfibrozil dan
niacin dapat menyebabkan peningkatan resiko terjadi myopathy dan
rhabdomyolisis.
b) Bila
simvastatin dikombinasikan dengan warfarin akan meningkatkan aktivitas warfarin
sebagai antikoagulan.
c) Pemberian
simvastatin bersamaan waktu dengan digoksin dapat menyebabkan aktivitas jantung
akan meningkat.
3) Efek samping :
Sakit kepala,
konstipasi, nausea, flatulen, diare, dispepsia, sakit perut, fatigue, nyeri
dada dan angina, Astenia,
miopathy, ruam kulit, rhabdomyolisis, hepatitis, angioneurotik
edema terisolasi.
4)
Peringatan
dan perhatian
a) Selama
terapi dengan simvastatin harus dilakukan pemeriksaan fungsi hati. Pemeriksaan
level transaminase dalam serum, termasuk ALT (SGPT) harus dilakukan sebelum
pengobatan, setiap 6 minggu dan 12 minggu setelah pengobatan atau penaikan
dosis dan kemudian secara berkala setiap 6 bulan.
b) Pemberian
simvastatin harus dihentikan bagi pasien yang mengalami peningkatan serum
transaminase 3 kali lebih besar diatas normal.
c) Efek
pada otot: pasien harus diminta segera melaporkan bila mengalami nyeri otot,
lemah atau lemas.
d) Segera
hentikan pengobatan bila terjadi peningkatan kadar creatinine
phosphokinase.
e) Myopathy
harus dipertimbangkan pada penderita dengan myalgia, otot lemah dan / atau
peningkatan kadar creatinine phosphokinase (10 x batas normal
atas).
f) Pengobatan
dengan HMG-CoA reduktase inhibitor harus ditunda atau dihentikan pada penderita
dengan gejala akut dan serius yang cenderung merupakan myopathy, atau merupakan
faktor predisposisi untuk perkembangan gagal ginjal akut sekunder karena
adanya rhabdomyolisis.
g) Penggunaan
pada anak-anak: keamanan dan efektifitas penggunaan simvastatin pada anak-anak
dan remaja belum diketahui, karena itu pemberian simvastatin tidak dianjurkan.
h) Penderita
dengan homozygous familial hypercholesterolemia tidak memiliki reseptor LDL,
pengobatan simvastatin kurang berhasil.
i)
Pada penderita hipertrigliseridemia, simvastatin
hanya berkhasiat menurunkan trigliserida terbatas dan tidak diindikasikan untuk
hiperlipidemia tipe I, IV, V.
b. Ezetimbe
menurunkan kadar kolesterol LDL dengan menghambat absorpsi
kolesterol dari makanan dan empedu. Selain itu ezetimibe mengurangi transpor
kolesterol dari usus ke hati dan meningkatkan bersihan dari apo (apolipoprotein)
B.
1) Kontra indikasi :
Hipersensitiv terhadap komponen obat ini, hamil
dan laktasi (pada terapi kombinasi dengan statin)
2) Interaksi obat :
Penggunaan obat
ini dengan salah satu obat berikut tidak dianjurkan, namun kemungkinan
diperlukan untuk beberapa kasus. Jika kedua obat diresepkan bersama-sama,
dokter Anda dapat mengubah dosis atau menjadwalkan seberapa sering Anda harus
menggunakan salah satu atau kedua obat tersebut.
a) Clofibrate
b) Gemfibrozil
c) Simeprevir
d) Teriflunomide
Penggunaan obat
ini dengan salah satu obat berikut dapat meningkatkan risiko terjadinya efek
samping tertentu, tetapi kemungkinan penggunaan kedua obat tersebut merupakan
pengobatan terbaik bagi Anda. Jika kedua obat diresepkan bersama-sama, dokter
Anda dapat mengubah dosis atau menjadwalkan seberapa sering Anda menggunakan
salah satu atau kedua obat tersebut.
a) Cholestyramine
b) Colestipol
c) Cyclosporine
d) Fenofibrate
e) Efek samping
3) Efek samping
a) Terapi tunggal :
Sakit kepala, nyeri perut,
diare
b) Kombinasi dengan statin :
Sakit kepala, kelelahan, nyeri perut, konstipasi,
diare, perut kembung, mual, peningkatan ALT dan AST, mialgia
4) Perhatian :
Pemberian bersama dengan statin :
infusiensi hati, hamil, dan laktasi.
D.
Keadaan
pasien yang dapat mempengaruhi efek farmakoterapi :
- Bagi pasien yang target kolesterolnya
LDL tidak tercapai dengan statin dosis maksimal diberikan kombinasi statin dengan
ezetimibe
- Bagi pasien yang tidak toleran atau
mempunyai indikasi kontra terhadap
statin diberikan Ezetimbe monoterapi
- Terapi dengan bile acid sequestrant,
asam nikotinad, atau fibrat dapat dipertimbangkan bagi pasien yang tidak
toleran terhadap statin dan ezetimibe
DAFTAR PUSTAKA
Adam, John M.F. 2006.
Dislipidemia. Dalam: A.W. Sudoyo, B. Setiyodadi, I. Alwi, M. Simadibrata, S. Setiati, ed: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi ke-4. Jilid III. Jakarta: FK-UI.
Austin MA, Hutter CM, Zimmern RL,
Humphries SE. Genetic causes of monogenic heterozygous familial
hypercholesterolemia: a Huge prevalence review. Am J Epidemiol. 2004
Emily S, Aalst-Cohen, Angelique
CM, Jansen DK. Diagnosis familial hypercholesterolemia : the relevance of
genetic testing. Europe Heart Jour. 2006
Goldstein JL, Hobbs HH, Brown MS.
Familial hypercholesterolemia. In:
Scriver CR, Baudet AL, Sly WS, Valle D, eds. The Metabolic and Molecular Bases
of Inherited Disease. New York, New York: McGraw-Hill; 2001
Hobbs HH, Brown MS, Goldstein JL.
Molecular genetics of the LDL receptor gene in familial hypercholesterolemia.
Hum Mutat. 1992
Robinson DM, Gillian MK. Colesevelam:
A Review of its Use in
Hypercholesterolemia. Am. J. Cardiovasc.
Drugs 2007
Comments
Post a Comment