Pengobatan Angina pectoris tidak stabil
TUGAS FARMAKOTERAPI
ANGINA PECTORIS TIDAK STABIL
OLEH :
ARIEF HERY PURWANTO 17.01.335
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR
2017
I. PATOFISIOLOGI
Gejala
angina pektoris pada dasarnya timbul karena iskemik akut yang tidak menetap
akibat ketidak seimbangan antara kebutuhan dan suplai O2 miokard.
Beberapa
keadaan yang dapat merupakan penyebab baik tersendiri ataupun bersama-sama
yaitu :
1.
Faktor di luar jantung
Pada
penderita stenosis arteri koroner berat dengan cadangan aliran koroner yang
terbatas maka hipertensi sistemik, takiaritmia, tirotoksikosis dan pemakaian
obat-obatan simpatomimetik dapat meningkatkan kebutuhan O2 miokard
sehingga mengganggu keseimbangan antara kebutuhan dan suplai O2.
Penyakit paru menahun dan penyakit sistemik seperti anemi dapat menyebabkan
tahikardi dan menurunnya suplai O2 ke miokard.
2.
Sklerotik arteri koroner
Sebagian
besar penderita ATS mempunyai gangguan cadangan aliran koroner yang menetap
yang disebabkan oleh plak sklerotik yang lama dengan atau tanpa disertai
trombosis baru yang dapat memperberat penyempitan pembuluh darah koroner.
Sedangkan sebagian lagi disertai dengan gangguan cadangan aliran darah koroner
ringan atau normal yang disebabkan oleh gangguan aliran koroner sementara
akibat sumbatan maupun spasme pembuluh darah.
3.
Agregasi trombosit
Stenosis
arteri koroner akan menimbulkan turbulensi dan stasis aliran darah sehingga
menyebabkan peningkatan agregasi trombosit yang akhirnya membentuk trombus dan
keadaan ini akan mempermudah terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah.
4.
Trombosis arteri koroner
Trombus
akan mudah terbentuk pada pembuluh darah yang sklerotik sehingga penyempitan
bertambah dan kadang-kadang terlepas menjadi mikroemboli dan menyumbat pembuluh
darah yang lebih distal. Trombosis akut ini diduga berperan dalam terjadinya
ATS.
5.
Pendarahan plak ateroma
Robeknya
plak ateroma ke dalam lumen pembuluh darah kemungkinan mendahului dan
menyebabkan terbentuknya trombus yang menyebabkan penyempitan arteri koroner.
6.
Spasme arteri koroner
Peningkatan
kebutuhan O2 miokard dan berkurangnya aliran koroner karena spasme
pembuluh darah disebutkan sebagai penyeban ATS. Spame dapat terjadi pada arteri
koroner normal atupun pada stenosis pembuluh darah koroner. Spasme yang
berulang dapat menyebabkan kerusakan artikel, pendarahan plak ateroma, agregasi
trombosit dan trombus pembuluh darah.
Beberapa
faktor risiko yang ada hubungannya dengan proses aterosklerosis antara lain
adalah :
1.
Faktor risiko yang tidak dapat diubah :
Umur,
jenis kelamin dan riwayat penyakit dalam keluarga.
2.
Faktor risiko yang dapat diubah :
Merokok,
hiperlipidemi, hipertensi, obesitas dan DM.
II.
PENGENALAN KLINIS
1.
Gejala
Didapatkan
rasa tidak enak di dada yang tidak selalu sebagai rasa sakit, tetapi dapat pula
sebagai rasa penuh di dada, tertekan, nyeri, tercekik atau rasa terbakar. Rasa
tersebut dapat terjadi pada leher, tenggorokan, daerah antara tulang skapula,
daerah rahang ataupun lengan. Sewaktu angina terjadi, penderita dapat sesak
napas atau rasa lemah yang menghilang setelah angina hilang. Dapat pula terjadi
palpitasi, berkeringat dingin, pusing ataupun hampir pingsan.
2.
Pemeriksaan fisik
Sewaktu
angina dapat tidak menunjukkan kelainan. Pada auskultasi dapat terdengar derap
atrial atau ventrikel dan murmur sistolik di daerah apeks. Frekuensi denyut
jantung dapat menurun, menetap atau meningkat pada waktu serangan angina.
3.
EKG
EKG
perlu dilakukan pada waktu serangan angina, bila EKG istirahat normal, stress
test harus dilakukan dengan treadmill ataupun sepeda ergometer.
Tujuan
dari stress test adalah :
-
menilai sakit dada apakah berasal dari jantung atau tidak.
-
Menilai beratnya penyakit seperti bila kelainan terjadi pada pembuluh darah
utama akan memberi hasil positif kuat.
Gambaran
EKG penderita ATS dapat berupa depresi segmen ST, depresi segmen ST disertai
inversi gelombang T, elevasi segmen ST, hambatan cabang ikatan His dan tanpa
perubahan segmen ST dan gelombang T. Perubahan EKG pada ATS bersifat sementara
dan masing-masing dapat terjadi sendiri-sendiri ataupun sersamaan. Perubahan
tersebut timbul di saat serangan angina dan kembali ke gambaran normal atau
awal setelah keluhan angina hilang dalam waktu 24 jam. Bila perubahan tersebut
menetap setelah 24 jam atau terjadi evolusi gelombang Q, maka disebut sebagai
IMA.
4.
Enzim LDH, CPK dan CK-MB
Pada
ATS kadar enzim LDH dan CPK dapat normal atau meningkat tetapi tidak melebihi
nilai 50% di atas normal. CK-MB merupakan enzim yang paling sensitif untuk
nekrosis otot miokard, tetapi dapat terjadi positif palsu. Hal ini menunjukkan
pentingnya pemeriksaan kadar enzim secara serial untuk menyingkirkan adanya
IMA.
III.
PENGOBATAN
Pada
dasarnya bertujuan untuk memperpanjang hidup dan memperbaiki kualitas hidup
dengan mencegah serangan angina baik secara medikal atau pembedahan.
A. Pengobatan medikal
Bertujuan
untuk mencegah dan menghilangkan serangan angina. Ada 3 jenis obat yaitu :
1. Golongan nitrat
Nitrogliserin
merupakan obat pilihan utama pada serangan angina akut. Mekanisme kerjanya
sebagai dilatasi vena perifer dan pembuluh darah koroner. Efeknya langsung
terhadap relaksasi otot polos vaskuler. Nitrogliserin juga dapat meningkatkan
toleransi exercise padapenderita angina sebelum terjadi hipoktesia miokard.
Bila di berikan sebelum exercise dapat mencegah serangan angina
Nitrat
|
Dosis
|
Isosorbid
dinitrate (ISDN)
|
Sublingual 2,5–15 mg (onset 5
menit)
Oral 15-80 mg/hari dibagi 2-3
dosis
Intravena
1,25-5 mg/jam
|
Isosorbid
5 mononitrate
|
Oral 2x20 mg/hari
Oral
(slow release) 120-240 mg/hari
|
Nitroglicerin
(trinitrin,
TNT, glyceryl trinitrate)
|
Sublingual
tablet 0,3-0,6 mg–1,5 mg
Intravena
5-200 mcg/menit
|
2. Ca- Antagonis
Dipakai
pada pengobatan jangka panjang untuk mengurangi frekwensi serangan pada
beberapa bentuk angina.
Cara
kerjanya :
·
Memperbaiki spasme koroner dengan menghambat
tonus vasometer pembuluh darah arteri koroner (terutama pada angina
Prinzmetal).
·
Dilatasi arteri koroner sehingga meningkatkan
suplai darah ke miokard
·
Dilatasi arteri perifer sehingga mengurangi
resistensi perifer dan menurunkan afterload.
·
Efek langsung terhadap jantung yait dengan
mengurangi denyut, jantung dan kontraktilitis sehingga mengurangi kebutuhan O2.
Ca-
antagonis
|
Dosis
|
Verapamil
|
180-240
mg/hari dibagi 2-3 dosis
|
Diltiazem
|
120-360
mg/hari dibagi 3-4 dosis
|
Nifedipine
GITS (long acting)
|
30-90
mg/hari
|
Amlodipine
|
5-10
mg/hari
|
3. Beta Bloker
Cara
kerjanya menghambat sistem adrenergenik terhadap miokard yang menyebabkan
kronotropik dan inotropik positif, sehingga denyut jantung dan curah jantung
dikurangi. Karena efeknya yang kadiorotektif, obat ini sering digunakan sebagai
pilihan pertama untuk mencegah serangan angina pektoris pada sebagian besar
penderita.
Beta
bloker
|
selektivitas
|
Aktivitas
agonis parsial
|
Dosis
untuk angina
|
Atenolol
|
B1
|
-
|
50-200
mg/hari
|
Bisoprolol
|
B1
|
-
|
10
mg/hari
|
Carvedilol
|
α & β
|
+
|
2x6,25 mg/hari,titrasi sampai
maksimum 2x25 mg/hari
|
Metoprolol
|
B1
|
-
|
50-200
mg/hari
|
Propanolol
|
Nonselektif
|
-
|
2x20-80
mg/hari
|
4.
Antiplatelet
Antiplatelet
|
Dosis
|
Aspirin
|
Dosis
loading 150-300 mg, dosis pemeliharaan 75-100 mg
|
Ticagrelor
|
Dosis
loading 180 mg, dosis pemeliharaan 2x90 mg/hari
|
Clopidogrel
|
Dosis
loading 300 mg, dosis pemeliharaan 75 mg/hari
|
5.
Antikoagulan
Antikoagulan
|
Dosis
|
Fondaparinuks
|
2,5
mg subkutan
|
Enoksaparin
|
1mg/kg,
dua kali sehari
|
Heparin tidak terinfeksi
|
Bolus
i.v. 60 U/g, dosis maksimal 4000 U.
Infus i.v. 12 U/kg selama 24-48
jam dengan dosis maksimal 1000 U/jam target aPTT 11/2-2x kontrol
|
6.
ACE inhibitor
Inhibitor
angiotensin converting enzyme (ACE)
berguna dalam mengurangi remodeling dan menurunkan angka kematian
penderita pascainfark-miokard yang disertai gangguan fungsi sistolik jantung,
dengan atau tanpa gagal jantung klinis. Penggunaannya terbatas pada pasien
dengan karakteristik tersebut, walaupun pada penderita dengan faktor risiko PJK
atau yang telah terbukti menderita PJK, beberapa penelitian memperkirakan
adanya efek antiaterogenik.
Ace inhibitor
|
Dosis
|
Captopril
|
2-3 x 6,25-50 mg
|
Ramiprip
|
2,5-10 mg/hari dalam 1 atau 2
dosis
|
Lisinopril
|
2,5-20 mg/hari dalam 1 dosis
|
Enalapril
|
5-20 mg/hari dalam 1 atau 2 dosis
|
B. Pembedahan
Prinsipnya
bertujuan untuk :
-
memberi darah yang lebih banyak kepada otot jantung
-
memperbaiki obstruksi arteri koroner.
Ada
4 dasar jenis pembedahan :
1.
Ventricular aneurysmectomy :
Rekonstruksi
terhadap kerusakan ventrikel kiri
2.
Coronary arteriotomy :
Memperbaiki
langsung terhadap obstruksi arteri koroner
3.
Internal thoracic mammary :
Revaskularisasi
terhadap miokard.
4.
Coronary artery baypass grafting (CABG) :
Hasilnya
cukup memuaskan dan aman yaitu 80%-90% dapat menyembuhkan angina dan
mortabilitas hanya 1 % pada kasus tanpa kompilasi.
Metode
terbaru lain di samping pembedahan adalah :
1.
Percutanecus transluminal coronary angioplasty (PCTA)
2.
Percutaneous ratational coronary angioplasty (PCRA)
3.
Laser angioplasty
DAFTAR PUSTAKA
Abjad B, Abrahamson T.;
Almgra, Ujung B.: Pharmacology of Antianginal Drugs
in what is Angina?, AB Hassle, Swedwn, 1983.
jackson G.: Ische heart
disease clinical & management in cardiovascular update, update Publications, England, 1984.
Lie K.L becker A.E :
Claasification of Angina in what is Angina? AB. Hasale Sweden, 1983.
Muller J.E., Turi ZG. Pearle
D.L. et al : Nifedipine and medical ilustration, USA 1978.
Netter H. F : heart vol.5.
The ciba collection of Medical ilustration, USA, 1978
Sobel b.I.Julian D.G.
Hugenhoit. P.G: Perspective in cardiology, current medical literature Ltd. Londond, 1984.
Wharthon C.F.P Archer A.R.:
Cardiology, PC publising Pte. Asian economy ed.
Singapore, 1987.
YettyH.S : Angina pektoris
lak Stabil : prognosis, Insiden infark dan Tingkat Kemaian, Fakultas pascasarjana, UI, 1989.
Comments
Post a Comment